Banyak Jalan yang harus kita tempuh untuk meraih rizki yang
barokah dan di ridhai oleh Allah swt
Meskipun rezeki Allah itu telah disebarkan diseluruh pelosok
bumi dan sudah dijaminkan kepada setiap makhluknya, termasuk makhluknya bernama
manusia, namun rezeki tidak akan datang dengan sendirinya tanpa adanya reaksi
aktif dari diri kita untuk meraihnya.
Jangan Hanya Menunggu
Suatu ketika ada seseorang yang sangat tekun berdoa di dalam
masjid, ia menengadahkan tangannya dan meminta perhiasan. Hal itu diketahui
oleh Rasulallah saw. Maka Rasulallah bersabda kepadanya : “janganlah
diantara kamu duduk meminta rezeki dengan hanya berdo’a:” ya Allah, berikanlah
aku rezeki.”padahal sesungguhnya Allah tidak akan menghujani emas dan perak.”
Meskipun kita tahu bahwa do’a adalah inti dari semua ibadah,
bukan berarti kita hanya berdo’ saja setiap hari tanpa adanya upaya untuk
meraih rezeki dari Allah swt. Rasulallah saw selalu menekankan ikhtiar untuk
meraih segala sesuatu. Ibarat kita akan
memancing ikan di sungai, pastilah ada umpan untuk mendapatkan ikan, begitu
pula kita ingin meraih rezeki dari Allah, juga harus dipancing oleh sebuah
upaya yang dapat mendatangkan rezeki tersebut.
Ketika rezeki berupa ilmu itu ingin kita raih, kita harus
berusaha sekuat tenaga untuk belajar, atau datang setiap hari untuk meraih ilmu
tersebut, jika memang hanya dengan jalan itu ilmu bisa diperoleh. Kemudian jika
kita ingin meraih rezeki Allah berupa kesehatan, kita juga harus selalu menjaga
kesehatan kita dengan cara olah raga misalnya, menjaga giji makanan setiap hari,
menjauhi kegiatan yang mungkin dapat merusak kesehatan semisal merokok, minum
minum keras dan seterusnya. Kegiatan itu selain merusak kesehatan juga dilarang
oleh agama sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS.
Al Maidah 90).
Begitulah prinsip usaha yang harus kita pegang dalam meraih
rezeki Allah, baik berupa penghasilan, kesehatan, ilmu, juga rezeki Allah yang
sangat penting dan kekal yaitu kehidupan surga yang penuh dengan kesenagan dan
kenikmatan. “Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha
kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah mukmin, maka mereka itu
adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al Isro’ 19)
Luruskan Niat
“Innamal a’malu binniah” sesungguhnya amal itu
bergantung pada niatnya. Dalam niat seseorang itu terdapat sebuah orientasi
tertentu tentang masa depannya atau apa yang akan di lakukannya kelak. Apabila
niat itu ikhlas, maka akan melahirkan dua sikap yang sangat luar biasa yaitu
mahabbah (cinta pada Allah swt), dan ridha dari Allah swt. tetapi apabila niat
itu karena ingin mendapatkan sesuatu yang lain seperti pujian manusia atau
hanya untuk kesenangan duniawi semata, maka tentunya saat melakukan suatu
pekerjaan tidak ada tujuan jangka panjang di akhirat nanti yang akan diraihnya.
Pada saat ilmu itu sudah kita raih, kesehatan badan itu kita
rasakan, dan uang itu kita dapatkan, semua itu bisa jadi membuat kita menjadi
manusia yang diperbudak olehnya. Tidak kenal waktu siang dan malam, selama
obsesi itu belum terpenuhi, ia akan memburunya terus hingga obsesi itu
terwujud. Memang kita dianjurkan untuk berusaha keras meraih segala sesuatu
termasuk rezeki. Namun meskipun harus usaha keras, ada aturan-aturan yang harus
tetap kita lakukan, agar tidak diperbudak oleh obsesi tersebut. “Dan apa
saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka pahalanya untuk
kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari
keridhaan Allah dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, pasti kamu
akan diberi pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kami tidak akan di aniyaya.”
(QS. Al Baqarah 272).
Apabila setiap usaha yang kita lakukan itu semuanya kita
niatkan hanya karena cinta dan ridha dari Allah, maka semuanya akan terasa
ringan dan mudah. Pada saat harta itu kita raih, maka sudah pasti fakir miskin
sudah tidak akan kekurangan, karena zakat yang kita berikan. Pada saat ilmu itu
kita raih, maka sudah pasti tidak digunakan untuk memperdayai orang tapi
digunakan sebagai alat untuk semakin memperluas rezeki Allah.
Beribadah Sepenuhnya Kepada Allah Semata
Rasulallah saw bersabda: “sesungguhnya Allah berfirman:
“wahai anak adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya aku penuhi kepada
mu dengan kekayaan dan aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak
melakukannya, niscaya aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi
kebutuhanmu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu
Hurairah).
Berusaha saja tanpa disertai dengan selalu mendekatkan diri
kepada Allah melalui ibadah dan do’a kepada Allah, rasanya kurang lengkap.
Ibarat sayur itu akan terasa hambar jika tidak diberi garam didalamnya. Dengan
terus mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan menurunkan
pertolongan-pertolongan-Nya berupa kemudahan-kemudahan dalam meraih rezeki.
Bagi orang lain barangkali rezeki itu sulit kita raih,
tetapi bagi kita itu sangatlah mudah. Ketika ingin menuntut ilmu yang lebih
tinggi sedangkan kita tidak mempunyai biaya untuk menempuhnya, tiba-tiba Allah
memberi kemudahan dengan mendapat beasiswa.
Mungkin juga saat kita mencari pekerjaan dengan saingan
pelamar yang jumlahnya ribuan, Allah memudahkan kita dengan lolos seleksi yang
sangat ketat, sehingga terpilihlah kita sebagai orang yang diterima
diperusahaan yang bergengsi tersebut dengan gaji yang sangat besar, jauh dari
bayangan atau pekerjaan semula kita.
Tawakkal Kepada Allah SWT
Tawakkal bukan berarti pasrah terhadap keadaan serta tidak
mau berusaha lagi, tetapi tawakkal itu berarti kita telah melakukan usaha yang
maksimal, sementara hasil yang akan kita peroleh, semuanya dipasrahkan kepada
Allah swt, karena Allah lah yang mengatur semua rezeki semua manusia.
Umar bin Khattab mengatakan bahwa Rasulallah saw pernah
bersabda bahwa, “sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah
sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki
burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore
hari dalam keadaan kenyang”. (HR. Imam Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu
Al Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha’I Al Baghawi).
Seekor burung yang tidak dikarunia kesempurnaan akal
sebagaimana manusia ia mampu mencari makan dengan berusaha kesana kemari, pergi
pagi hari dengan mencari rezeki Allah sehingga pada petang harinya ia sudah
kenyang karena usaha yang telah dilakukan.
Ini menandakan tawakkal itu tidak hanya diam menunggu rezeki
datang sendiri, tetapi rezeki itu harus diusahakan dengan kerja keras dan
ikhtiar sekuat tenaga.
Adapun perbedaan rezeki yang sering terjadi, tidak lain agar
terjadi dinamika dalam kehidupan manusia dimuka bumi dengan saling tukar
manfaat dan saling memberikan pelayanan dan jasa. Sikaya dan si miskin saling
membantu, dan saling mengasihi dengan shadaqah, zakat, infaq yang telah
dikeluarkan oleh si kaya untuk membantu si miskin. “apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Rabbmu ? kami telah menentukan antara mereka kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian yang lain. Dan rahmat lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan”.