AZKA AL BAITUL AMIEN JEMBER
Jl. Sultan Agung No 2 Jember Telp. 0331-425509

JALAN MERAIH REJEKI


Banyak Jalan yang harus kita tempuh untuk meraih rizki yang barokah dan di ridhai oleh Allah swt

Meskipun rezeki Allah itu telah disebarkan diseluruh pelosok bumi dan sudah dijaminkan kepada setiap makhluknya, termasuk makhluknya bernama manusia, namun rezeki tidak akan datang dengan sendirinya tanpa adanya reaksi aktif dari diri kita untuk meraihnya.

Jangan Hanya Menunggu
Suatu ketika ada seseorang yang sangat tekun berdoa di dalam masjid, ia menengadahkan tangannya dan meminta perhiasan. Hal itu diketahui oleh Rasulallah saw. Maka Rasulallah bersabda kepadanya : “janganlah diantara kamu duduk meminta rezeki dengan hanya berdo’a:” ya Allah, berikanlah aku rezeki.”padahal sesungguhnya Allah tidak akan menghujani emas dan perak.”

Meskipun kita tahu bahwa do’a adalah inti dari semua ibadah, bukan berarti kita hanya berdo’ saja setiap hari tanpa adanya upaya untuk meraih rezeki dari Allah swt. Rasulallah saw selalu menekankan ikhtiar untuk meraih segala sesuatu.  Ibarat kita akan memancing ikan di sungai, pastilah ada umpan untuk mendapatkan ikan, begitu pula kita ingin meraih rezeki dari Allah, juga harus dipancing oleh sebuah upaya yang dapat mendatangkan rezeki tersebut.

Ketika rezeki berupa ilmu itu ingin kita raih, kita harus berusaha sekuat tenaga untuk belajar, atau datang setiap hari untuk meraih ilmu tersebut, jika memang hanya dengan jalan itu ilmu bisa diperoleh. Kemudian jika kita ingin meraih rezeki Allah berupa kesehatan, kita juga harus selalu menjaga kesehatan kita dengan cara olah raga misalnya, menjaga giji makanan setiap hari, menjauhi kegiatan yang mungkin dapat merusak kesehatan semisal merokok, minum minum keras dan seterusnya. Kegiatan itu selain merusak kesehatan juga dilarang oleh agama sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan.” (QS. Al Maidah 90).

Begitulah prinsip usaha yang harus kita pegang dalam meraih rezeki Allah, baik berupa penghasilan, kesehatan, ilmu, juga rezeki Allah yang sangat penting dan kekal yaitu kehidupan surga yang penuh dengan kesenagan dan kenikmatan. “Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al Isro’ 19)

Luruskan Niat
“Innamal a’malu binniah” sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Dalam niat seseorang itu terdapat sebuah orientasi tertentu tentang masa depannya atau apa yang akan di lakukannya kelak. Apabila niat itu ikhlas, maka akan melahirkan dua sikap yang sangat luar biasa yaitu mahabbah (cinta pada Allah swt), dan ridha dari Allah swt. tetapi apabila niat itu karena ingin mendapatkan sesuatu yang lain seperti pujian manusia atau hanya untuk kesenangan duniawi semata, maka tentunya saat melakukan suatu pekerjaan tidak ada tujuan jangka panjang di akhirat nanti yang akan diraihnya.

Pada saat ilmu itu sudah kita raih, kesehatan badan itu kita rasakan, dan uang itu kita dapatkan, semua itu bisa jadi membuat kita menjadi manusia yang diperbudak olehnya. Tidak kenal waktu siang dan malam, selama obsesi itu belum terpenuhi, ia akan memburunya terus hingga obsesi itu terwujud. Memang kita dianjurkan untuk berusaha keras meraih segala sesuatu termasuk rezeki. Namun meskipun harus usaha keras, ada aturan-aturan yang harus tetap kita lakukan, agar tidak diperbudak oleh obsesi tersebut. “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka pahalanya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, pasti kamu akan diberi pahalanya dengan cukup dan sedikitpun kami tidak akan di aniyaya.” (QS. Al Baqarah 272).

Apabila setiap usaha yang kita lakukan itu semuanya kita niatkan hanya karena cinta dan ridha dari Allah, maka semuanya akan terasa ringan dan mudah. Pada saat harta itu kita raih, maka sudah pasti fakir miskin sudah tidak akan kekurangan, karena zakat yang kita berikan. Pada saat ilmu itu kita raih, maka sudah pasti tidak digunakan untuk memperdayai orang tapi digunakan sebagai alat untuk semakin memperluas rezeki Allah.

Beribadah Sepenuhnya Kepada Allah Semata
Rasulallah saw bersabda: “sesungguhnya Allah berfirman: “wahai anak adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya aku penuhi kepada mu dengan kekayaan dan aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak aku penuhi kebutuhanmu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah).

Berusaha saja tanpa disertai dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan do’a kepada Allah, rasanya kurang lengkap. Ibarat sayur itu akan terasa hambar jika tidak diberi garam didalamnya. Dengan terus mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan menurunkan pertolongan-pertolongan-Nya berupa kemudahan-kemudahan dalam meraih rezeki.

Bagi orang lain barangkali rezeki itu sulit kita raih, tetapi bagi kita itu sangatlah mudah. Ketika ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi sedangkan kita tidak mempunyai biaya untuk menempuhnya, tiba-tiba Allah memberi kemudahan dengan mendapat beasiswa.

Mungkin juga saat kita mencari pekerjaan dengan saingan pelamar yang jumlahnya ribuan, Allah memudahkan kita dengan lolos seleksi yang sangat ketat, sehingga terpilihlah kita sebagai orang yang diterima diperusahaan yang bergengsi tersebut dengan gaji yang sangat besar, jauh dari bayangan atau pekerjaan semula kita.

Tawakkal Kepada Allah SWT
Tawakkal bukan berarti pasrah terhadap keadaan serta tidak mau berusaha lagi, tetapi tawakkal itu berarti kita telah melakukan usaha yang maksimal, sementara hasil yang akan kita peroleh, semuanya dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah lah yang mengatur semua rezeki semua manusia.

Umar bin Khattab mengatakan bahwa Rasulallah saw pernah bersabda bahwa, “sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang”. (HR. Imam Ahmad, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha’I Al Baghawi).

Seekor burung yang tidak dikarunia kesempurnaan akal sebagaimana manusia ia mampu mencari makan dengan berusaha kesana kemari, pergi pagi hari dengan mencari rezeki Allah sehingga pada petang harinya ia sudah kenyang karena usaha yang telah dilakukan.

Ini menandakan tawakkal itu tidak hanya diam menunggu rezeki datang sendiri, tetapi rezeki itu harus diusahakan dengan kerja keras dan ikhtiar sekuat tenaga.


Adapun perbedaan rezeki yang sering terjadi, tidak lain agar terjadi dinamika dalam kehidupan manusia dimuka bumi dengan saling tukar manfaat dan saling memberikan pelayanan dan jasa. Sikaya dan si miskin saling membantu, dan saling mengasihi dengan shadaqah, zakat, infaq yang telah dikeluarkan oleh si kaya untuk membantu si miskin. “apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu ? kami telah menentukan antara mereka kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian yang lain. Dan rahmat lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.