Oleh, Zainal Anshari Marli
Kalender Islam
(hijriyah), sebagaimana dalam Al-Qur’an memiliki 12 bulan. Dimulai dari bulan;
1). Muharrom, 2) Shafar, 3) Rabiul Awwal, 4) Rabius Tsani, 5) Jumadal Ula, 6)
Jumadas Tsaniyah, 7) Rajab, 8) Sya’ban, 9) Ramadlan, 10) Syawwal, 11)
Dzulqa’dah, 12) Dzul Hijjah. Demikian pula dalam kalender masehi, memiliki 12
bulan, dengan nama yang berbeda, yakni dimulai dari; 1) Januari, 2) Februari,
3) Maret, 4) April, 5) Mei, 6) Juni, 7) Juli, 8) Agustus, 9) September, 10)
Oktober, 11) November, 12) Desember. Hijriyah, merupakan kalender Islam yang
dinisbatkan kepada perjalanan hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dengan
para sahabatnya dari Mekkah menuju Madinah. Rombongan dari Mekkah disebut
sahabat Muhajirin, sahabat yang memberi pertolongan di Madinah disebut
sahabat Anshor.
Dalam sejarah
peradaban umat manusia, kalender Masehi juga dinisbahkan kepada diangkatnya
Nabi Isa As ke atas langit oleh Allah Swt. Sejak saat itu, dimulailah kalender
Masehi. Dalam kajian saat ini, kami akan menguraikan tentang tahun baru Islam
yang disebut tahun baru Hijriyah. “bulan Muharram adalah awal bulan dalam tahun
hijriah, dia merupakan salah satu dari bulan Allah yang diharamkan (asyhurul
hurum), berdasarkan firman Allah Swt, "Sesungguhnya bilangan bulan
pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)
agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang
empat itu," (QS. At-Taubah: 36), (http://www.fimadani.com/keutamaan-bulan-muharram).
Dalam sebuah
hadist dijelaskan sebagai berikut; “Sesungguhnya zaman itu berputar
sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi.
Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya termasuk empat bulan yang
dihormati: Tiga bulan berturut-turut; Dzul Qoidah, Dzul Hijjah, Muharram, dan
Rajab Mudhar yang terdapat antara bulan Jumadal Tsaniah dan Sya’ban” (HR.
Imam Bukhari dan Muslim).
Para Ulama
menjelaskan kepada kita tentang beberapa keutamaan bulan Muharrom ini, di
antaranya; 1) Termasuk empat bulan haram (suci), 2) Dinamakan syahrullah
atau bulan Allah, 3) Bulan kemenangan Nabi Musa atas Raja Firaun yang dholim,
4) Disunnahkan puasa Asyura,5) Disunnahkan puasa Tasua untuk berbeda
dengan Yahudi, 6) Puasa sunnah tanggal 11 Muharram, 7) Meluaskan belanja pada
hari Asyura, 8) Bersedekah pada hari Asyura. Dalam konteks bersedekah pada hari
As-Syura terdapat penjelasan Rasulullah Saw sebagai berikut; (siapa yang puasa
hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang bersedekah pada hari itu,
dia seperti bersedekah selama setahun). (http://www.fimadani.com/keutamaan-bulan-muharram).
Di dalam
beberapa kitab hadist dan beberapa kitab fadhoilul a’mal dijelaskan pula
hadist dari Rasulullah Saw yang menjelaskan sebagai berikut; “puasa yang
paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (yaitu) Muharram. Sedangkan
shalat yang paling utama setelah (shalat) fardhu adalah shalat malam” (HR.
Muslim).
Keutamaan Puasa dan Shadaqoh
Sebagaimana maklum kita pahami, puasa memiliki banyak keutamaan,
baik secara lahir maupun secara batin. Selain membuat fisik dan badan kita
sehat, puasa juga dapat mendorong jiwa kita menjadi sehat. Puasa, merupakan
strategi yang dapat dipakai dalam rangka menjaga regulasi makanan yang kita
konsumsi, agar kita tidak menjadi orang yang berlebih-lebihan. Dengan puasa,
insyaallah kita akan terhindar dari penyakit diabetes, kencing manis, jantung,
paru-paru, kolestrol dan semacamnya. Hal ini menjadi salah satu keajaiban
ibadah puasa, dimana tidak banyak orang yang mau bersungguh-sungguh
melaksanakannya. Kita yang masih memiliki waktu dan kesempatan, sangat
dianjurkan untuk melaksanakan perintah ini.
Demikian pula
halnya dengan shodaqoh, ini merupakan satu dari sekian ajaran Rasulullah Saw
yang patut kita teladai dan kita laksanakan. Kita semua dapat membuktikan bahwa
ajaran shodaqoh akan benar-benar berdampak positif dalam kehidupan kita semua,
ini bukan hanya isapan jempol, namun jika kita dengan sabar, sadar dan ikhlas
melakukan ini semua (red, shodaqoh), insyaallah hidup kita akan lebih
berkah dan bermakna. Baik buat kita sendiri, keluarga, lingkungan dan
masyarakat secara umum.
Satu kritik yang
perlu kita sampaikan dalam tulisan ini adalah, kenapa bangsa Indonesia hingga
detik ini masih banyak yang fakir dan miskin? Itulah salah satu faktornya,
karena bangsa kita masih enggan untuk melaksanakan ajaran shodaqoh sebagai
bagian dari prinsip keberagamaan dan keagamaan yang perlu kita laksanakan.
Selain pajak yang
kita bayarkan kepada negara, tentunya kita juga perlu menyisihkan penghasilan
untuk menyantuni dan membiayai mereka yang membutuhkan biaya sekolah, biaya
makan, biaya berobat dan semacamnya. Memang terjadi perdebatan, bagi mereka
yang sudah mengeluarkan pajak, tidak perlu mengeluarkan hal yang lain, termasuk
zakat, infaq dan shodaqoh. Namun jika kita memiliki kesadaran yang tinggi untuk
berbagi dengan yang fakir dan miskin, maka perdebatan tersebut tidak perlu
menjadi beban dalam mengeluarkan zakat, infaq, shodaqoh yang menjadi ajaran
Rasulullah Muhammad Saw tersebut.
Jawa Timur dalam
konteks ini, masih memiliki orang dengan klasifikasi fakir dan miskin sangat
banyak sekali. Hal ini tentu bukan hanya sebagai tanggung jawab pemerintah
daerah, namun lebih dari itu, hal ini menjadi tanggung jawab semua kompoponen
rakyat Jawa Timur.
Ust. Dr. MN.
Harisuddin, dengan bukunya “bersedekahlah anda akan hidup kaya dan berkah”,
merupakan buku yang beliau tulis, sebagai pegangan dalam hidupnya untuk selalu
meningkatkan investasi akhirat. Dalam penuturan beliau kepada penulis,
berkomitmen untuk selalu meningkatkan infaq, zamat, amal dan shadaqohnya setiap
tahun. Bahkan tahun 2013 yang lalu, beliau berkomitmen untuk bersedekah hingga
100 juta. Dan komitmen tersebut akan beliau tingkatkan setiap tahunnya.
Ini adalah satu
semangat yang baik dan luar biasa. Misalkan contoh yang lain, dilakukan oleh
Ust. Yusuf Mansur dalam bukunya yang berjudul, Believe, Rich dan Feel,
merupakan spirit untuk bersedakah, berbagi dan menunjukkan kepedulian antar
sesama umat manusia, melalui harta yang kita miliki untuk dibagikan kepada
mereka yang membutuhkan.
Jika semangat ini kita lakukan dan
kita tanamkan dalam setiap diri kita masing-masing, maka insyaallah, saudara
kita di sekeliling kita, tidak akan lagi kelaparan, kekurangan, kemiskinan dan
semacamnya. Kapan lagi kita akan berbagi kalau bukan sekarang? Kapan lagi kita
akan bershodaqoh kalau bukan sekarang? Kapan lagi kita mendermakan harta
titipan Allah Swt kepada kita kalau bukan sekarang? Pertanyaannya, ia kalau
nanti atau besok atau lusa kita masih hidup, kalau nyawa kita akan segera
diambil oleh Allah, kapan lagi kesempatan itu akan dating kepada kita lagi?
Maka bersegeralah untuk berbagi, bersedekah, beramal, berinfaq, berzakat dan
berbagi harta dengan orang lain.