AZKA AL BAITUL AMIEN JEMBER
Jl. Sultan Agung No 2 Jember Telp. 0331-425509

KOSMOLOGI SHOLAT

Refleksi atas nilai strategis Isra’ dan Mi’raj

Oleh : Ust. Hefni Zain

Suatu hari beberapa sahabat menyaksikan Ali Bin Abi Tholib sedang  berwudlu’   lalu wajahnya berubah pucat pasi dan tubuhnya gemetar seperti orang ketakutan. Ketika ditanya, apa yang menimpamu yaa Amirul mu’minin ? Ali menjawab : wahai sahabatku, kalian tidak tahu dihadapan siapa sebentar lagi aku berdiri mempertanggung jawabkan sebuah amanah. Dalam QS.33 : 72 ditegaskan “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Bagi kaum muslimin, sholat merupakan amanat besar, ia tidak saja harus didirikan secara personal, melainkan juga harus ditegakkan ditengah tengah masyarakat, sholat bukan sekedar kebutuhan pribadi, melainkan harus diposisikan sebagai menegakkan pemerintahan ilahiyah ditengah kehidupan sosial sehari-hari. Keajaiban dan pesan nilai sholat harus dimasyarakatkan ditengah peradaban, sehingga masyarakat dapat berjalan dibawah pancaran cahayanya yang gemilang serta memperoleh harmoni melaluinya.                                                        
Sholat adalah momentum yang strategis dimana relasi seorang mu’min diperbaharui dengan saluran rahasia yang menjadi sumber wujud dirinya. Sholat bukan sekedar pengistrihatan mental dari segala kesibukan bendawi, tetapi lebih merupakan sarana  efektif bagi upaya komunikasi,  secara vis a vis antara makhluk dan sang kholik. Ketika seseorang memasuki kosmologi sholat sesungguhnya yang bersangkutan sedang berpisah dengan alam relatif dan fana menuju ke alam absolut dan baqa’, ketika seseorang mengangkat tangan (takbir) dalam sholat, saat itu sesungguhnya yang bersangkutan tengah meninggalkan planet ini, dia sedang mi’raj menghadap Allah Swt di sidratul muntaha, sebagaimana ditegaskan oleh sebuah hadits bahwa “Assolatu Mi’rajul Mu’minin“. Dari sini pengaruh sholat bagi pelakunya menjadi berlipat, tidak saja melatih disiplin, jujur, memperkokoh keimanan atau juga mengadukan segala hajatnya pada sang kuasa, tetapi juga akan menjadi terapi bagi segenap beban yang dialaminya. Pernah dilakukan sebuah riset, pengujian dan diagnosa terhadap tekanan darah dan denyut jantung pada orang yang sedang sholat , hasilnya : ditemukan  rekaman jaringan elektrik otak dan metabolisme kimia darah membentuk keseimbangan yang menakjubkan, hal tersebut sangat logis, sebab mendirikan sholat berarti mengaktifkkan dan membangun seluruh instrumen tubuh untuk bergabung dengan hati, akal dan jiwa.
Sholat merupakan kebutuhan mutlak untuk mewujudkan manusia seutuhnya, kebutuhan akal dan jiwa, karena sholat merupakan pengejawantahan dari relasinya dengan Tuhan, relasi yang menggambarkan tentang pengetahuannya mengenai tata kerja alam raya ini yang berjalan dibawah satu system. Ia juga menggambarkan tata intelegensia semesta yang total dan sepenuhnya dikendalikan oleh Allah Rabbul alamin. Dikatakan kebutuhan jiwa, karena tidak seorangpun dalam perjalanan hidupnya yang tidak pernah mengalami  berbagai kecemasan, maka dengan Sholat, kecemasan dan kehawatiran dapat dengan mudah dihilangkan. Alexis Carel (dokter yang telah dua kali menerima Nobel) mengatakan : Apabila pengabdian, sholat dan doa yang tulus kepada sang pencipta dimarjinalkan dari komunitas masyarakat, maka berarti masyarakat tersebut telah menandatangani kontrak bagi kehancurannya, ini sejalan dengan firman Allah. dalam  Qs.19 : 59  “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan
Adalah realitas yang tak terbantahkan bahwa hingga kini kita belum memposisikan sholat sebagaimana mestinya, kita masih memahami sholat hanya sebagai kewajiban ritual individual semata yang belum dapat diandalkan fungsi sosialnya, fungsi pencerahannya dan fungsi kedigjayaannya, padahal fungsi-fungsi itulah yang dapat mewujudkan tatanan masyarakat yang terbebas dari kemungkaran. Dalam sebuah riwayat disebutkan “Tuhan bertanya kepada Jibril as, Wahai Jibril seandainya Aku menciptakan engkau sebagai manusia, bagaimana cara engkau beribadah kepadaKu “kata Jibril, aku akan menyembahMu dengan tiga cara. Pertama Aku akan beri minum orang yang kehausan, kedua aku akan menutupi kesalahan orang lain ketimbang akau membicarakannya, dan ketiga aku akan menolong meraka yang miskin. Riwayat ini menegaskan bahwa syarat seseorang untuk dapat taqorrub dengan Allah adalah bila sebelumnya ia telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.  Dengan kata lain bila Allah menyuruh manusia mendekatkan diri kepadanya dengan mengisi masjid-masjid yang sunyi, maka Allah juga menyuruh manusia mendekatkan diri kepadanya dengan mengisi perut- perut yang kosong.
Disebutkan pula dalam hadits qudsi “ Aku (Allah) hanya akan menerima sholat orang orang yang merendahkan dirinya karena kebesaranKu, dia tidak sombong dengan mahlukKu yang lain, dia menyayangi orang orang miskin dan menderita, menahan diri dari hawa nafsunya karena Aku, melazimkan hatinya untuk takut kepadaKu, memberi makan pada yang lapar, dan memeberi pakaian bagi yang telanjang, memberi perlindungan bagi orang yang kena musibah dan orang orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari, Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan, Aku akan berikan ilmu ketika ia tidak tahu, Aku akan lindungi dia dengan kebesaranKu, akan Kusuruh malaiakat untuk menjaganya, jika ia berdoa, Aku akan menjawabnya, kalau dia meminta, Aku akan segera memenuhinya, perumpamaannya di hadapanKu seperti perumpamaan firdaus.
Jadi bila ada orang rajin sholat, tetapi tidak berhenti selingkuh, mengumbar janji-janji palsu, mengkorupsi uang rakyat, dan bentuk-bentuk mungkarat lainnya, maka sholat yang bersangkutan tidak diterima oleh Allah swt. Sholat yang seperti itu bukan sholat beneran melainkan sholat banyolan, yang demikian sama persis dengan orang yang mengharap surga Allah sambil bermaksiat kepada Allah. Orang yang betul-betul menegakkan sholat adalah mereka yang dapat mengendalikan hawa nasfsunya dari perbuatan yang dilarang Allah, sebagaimana ditegaskan  dalam  Qs. 29 : 45Dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Karena itulah Nabi saw menegaskan “Kalau sholat seseorang tidak mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar maka sholatnya tidak menambah sesuatu kecuali hanya akan menjauhkannya dari  Allah Swt.
Syahdan ada seorang pria yang merayu seorang wanita agar mau melakukan zina dengannya. Segala tipu daya ia lakukan untuk meruntuhkan keteguhan iman sang wanita. Pria itu terkenal tampan dan terkaya di kampungnya, sehingga tidak sedikit wanita yang menaruh hati kepadanya. Tetapi berbeda dengan wanita yang telah bersuami ini. Prihal rayuan pria itu ia adukan kepada suaminya. "Mas, pria kaya yang tinggal di sebelah itu sering kali menggoda aku.. Tiap kali berpapasan denganku, pasti ia merayu aku agar mau berbuat zina dengannya. Ia terus-terusan melakukan itu kepadaku. Apa yang harus aku perbuat?" Sang suami yang ahli sholat itu dengan tenang mengatakan"Katakan kepada pria kaya itu bahwa kamu akan  menuruti kemauannya dengan satu syarat." Yakni melakukan sholat berjamaah (subuh saja) dengan suamiku selama 40 hari secara terus-menerus, tidak boleh putus!"
Mendengar hanya itu syaratnya, pria kaya itu tampak berseri-seri wajahnya dan langsung setuju. Pikirnya, apapun yang dikehendaki wanita ini akan kupenuhi, asalkan ia mau tidur denganku. Sungguh aku tak tahan melihat kecantikan dan keelokan tubuhnya. Singkat cerita, mulai sejak ia berjanji, shalat subuhlah ia bersama suami wanita itu. Ia melakukannya dengan tekun, hari demi hari, hingga akhirnya ia berhasil mencapai 40 hari tidak putus satu haripun. Karena syarat sudah terpenuhi, si wanita menemui pria kaya itu, namun pria kaya itu berkata “Aku kini sudah bertobat kepada Allah, wahai perempuan! Aku tidak mau melakukan perbuatan terkutuk seperti itu!". Mendengar itu, si wanita memanjatkan pujian kepada Allah SWT, "Maha benar Allah dengan firmanNya bahwa shalat dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar."
Dari cerita diatas, sholat yang baik tidak saja memberikan keuntungan dan manfaat kepada individu yang melakukannya, tetapi juga punya akses nilai manfaat sosial kemasyarakatan yang  luas.