AZKA AL BAITUL AMIEN JEMBER
Jl. Sultan Agung No 2 Jember Telp. 0331-425509

SEBENTUK KEPATUHAN KEPADA ALLAH SWT

Oleh: BAIDLOWI, M.H.I

Dzulhijjah adalah salah satu bulan mulia dalam kalender Islam. Banyak umat Islam yang menantikan kedatangannya, Berikut ini adalah beberapa keutamaan dari amaliah di bulan Dzulhijjah yang mesti kita ketahui dan semoga bisa memancing kita untuk melakukan banyak amal kebaikan pada bulan ini.

Amalan-amalan yang dianjurkan
Untuk mengisi bulan dzulhijjah yang di dalamnya ada hari raya idul adha, hendaknya seseorang mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain . diantara amalan-amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan adalah:
a.      Banyak Ibadah Pada Sepuluh Hari Pertama (Tanggal 1-10 Dzulhijjah). Penjelasan anjuran berpuasa ini dapat dijumpai di QS. Al-Fajr: ayat 1-2. Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan tentang kata layalin ashr (malam-malam yang sepuluh) dalam ayat tersebut dengan sepuluh hari pada Dzulhijjah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, Ibnu Az Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu kalangan salaf dan khalaf. [Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/390. Dar Ath Thayyibah]
b.      Shaum ‘Arafah (Pada 9 Dzulhijjah). Penjelasan anjuran ini dapat dijumpai dibeberapa hadits, diantaranya hadits dari sahabat Qatadah Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Artinya : "Nabi ditanya tentang puasa hari ‘Arafah, beliau menjawab: “Menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun kemudian.” (HR. Muslim No. 1162, At Tirmidzi No. 749, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 2805, Ath Thabari dalam Tahdzibul Atsar No. 763, Ahmad No. 22535, 22650. Ibnu Khuzaimah No. 2117, dan ini adalah lafaz Imam Muslim)
Kecuali bagi orang yang sedang wukuf di Arafah, mereka dilarang untuk berpuasa. Penjelasan ini dapat dijumpai keterangan yang dipaparkan oleh Imam At Tirmidzi Rahimahullah :
وقد استحب أهل العلم صيام يوم عرفة إلا بعرفة
Para ulama telah menganjurkan berpuasa pada hari ‘Arafah, kecuali bagi yang sedang di ‘Arafah. (Sunan At Tirmidzi, komentar hadits No. 749). Dasar hadits terhadap pelarangan puasa bagi orang yang sedang wuquf di ‘Arafah adalah hadits riwayat Abu Hurairah::
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang berpuasa pada hari ‘Arafah bagi yang sedang di ‘Arafah. (HR. Abu Daud No. 2440, Ibnu Majah No. 1732, Ahmad No. 8031, An Nasa’i No. 2830, juga dalam As Sunan Al Kubra No. 2731, Ibnu Khuzaimah No. 2101, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1587)
c.       Shalat Idul Adha dan Menyembelih Hewan  Qurban. Penjelasan dari anjuran ini adalah ayat al-Qur'an surat Al-Kautsar ayat 2.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar: 2)
Para ulama masih berbeda pendapat tentang hukum berqurban, ada yang mengatakan wajib bagi yang memiliki kelapangan rezeki, ada pula yang mengatakan sunah mu’akadah, dan inilah pendapat mayoritas sahabat, tabi’in, dan para ulama. Ulama yang mewajibkan berdalil dengan hadits berikut, dari Abu Hurairah Radhiallhu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
 “Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan dia tidak berkurban, maka jangan dekati tempat shalat kami.”  (HR. Ibnu Majah No.  3123, Al Hakim No. 7565, Ahmad No. 8273, Ad Daruquthni No. 53, Al Baihaqi dalam  Syu’abul Iman  No. 7334)
Sementara yang tidak mewajibkan, menyatakan bahwa hadits tersebut mauquf  (hanya sampai sahabat nabi, bukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Sedangkan ayat Fashalli li Rabbika wanhar, tidak bermakna wajib kurban melainkan menunjukkan urutan aktifitas, yakni menyembelih kurban dilakukan setelah shalat Id. [Subulus Salam, 4/91]
d.      Berdzikir Kepada Allah Ta’ala pada hari-hari Tasyriq. Pada hari-hari tasyriq kita dianjurkan banyak berdzikir, karena Nabi juga mengatakan hari tasyriq adalah hari berdzikir kepada Allah Ta’ala. Agar kebahagian dan pesta kaum muslimin tetap dalam bingkai kebaikan, dan tidak berlebihan. Imam Ibnu Habib menjelaskan tentang berdzikir pada hari-hari tasyriq:
Hendaknya bagi penduduk Mina dan selain mereka untuk bertakbir pada awal siang (maksudnya pagi, pen), lalu ketika matahari meninggi, lalu ketika matahari tergelincir, kemudian pada saat malam, demikian juga yang dilakukan. Ada pun penduduk seluruh ufuk dan selain mereka, pada setiap keluarnya mereka ke tempat shalat dan setelah shalat hendaknya mereka bertakbir pada saat itu,  dan tidak dikeraskan.[ Imam Abul Walid Al Baji, Al Muntaqa Syarh Al Muwaththa’, 2/463]

Akhirnya, bersyukurlah kepada Allah apabila kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah tersebut di atas, bisa melaksanakan dan melengkapi syarat dan rukun haji, berpuasa Arafah, menyembelih hewan Qurban dan amalan-amalan lainnya. Namun ingat, janganlah dengan amalan tersebut yang menjadikan kita sombong. Bangga diri karena bisa berqurban sembari mencemooh tetangga, saudara atau teman kita yang tidak berqurban. Ujub karena bisa berpuasa dan menganggap dosa setahun yang lalu dan yang akan datang sudah terhapus sehingga bisa berfoya-foya seenaknya. Bukanlah demikian sikap seorang muslim. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dan hati mereka merasa takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-Mu’minuun: 60).

Mendengar ayat ini, Aisyah bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr (minuman keras) dan mencuri (sampai-sampai mereka merasa takut). Rasulullah menjawab, “Bukan, wahai anak perempuan ash-Shiddiq (Abu Bakar). Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan sedekah, dan mereka khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orag-orag yang bersegera dalam kebaikan.” (HR Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani). Maka hendaklah kita tidak merasa ujub, sombong dan berbangga diri dengan amalan-amalan kita yang menyebabkan kita lalai dari beramal setelahnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk beramal di bulan Dzulhijjah, dan mudah-mudahan Allah menerima amalan-amalan kita. Fal Yatadabbar!